Di Kolong Langit

Kala itu sore selepas menyelimuti kembali hamparan padi yang belum puas dipanggang matahari.

Kau datang dengan gemerisik di antara angin. Membawa kabar sebentar lagi wangi khas tanah dan panas aspal akan menyeruak.

Aku menahan kaki lantas mendongak seolah melawanmu. Menikmati caramu menyapaku. Membasahi wajah berkemul debu dan mata kameraku yang sudah minus.

Melihatmu asyik beterbangan terbawa angin seolah menari, aku tersenyum. Kau memesonaku.

Menyadari bahwa hidup demikian kompleksnya. Namun, tetap saja ada yang mengingatkanku tentang betapa sederhananya ia.

Sesederhana hadirnya dirimu yang lalu lalang sekadar untuk menyejukkan pikiranku yang kalut oleh hal-hal berat.

Sesederhana tentang datang dan perginya dirimu yang membuatku percaya hidup tak melulu tentang penuntutan, tapi juga tentang penantian dan penerimaan, pun keikhlasan.
Sebenar-benarnya.

Suka Damai,
GB-17 September 2017

Komentar

Exister