Dua Puluh Empat


Aku tadi sempat menghitung, sudah di angka berapa tahun ini. Uhuk!! 24 ternyata. Melihatnya, yang terlintas di kepalaku adalah lirik nasyid.

"24 Tahun! (Ya Rabbanaa...) Hamba di dunia, (ya Rabbana). Hamba banyak dosa, (ya Rabbana). Hamba mohon ampun." --- Ebith Beat A, 24 Tahun

Kemudian, kulihat lagi doa-doa baik dari kawan-kawan semua, baik yang terpampang pun di japri-an. Doa-doa itu membesarkan hati dan harapanku, kalau kau mau tahu.

Apa yang bisa kubilang selain balasan aamiin, terima kasih, dan agar keseluruhan kebaikannya Allah hadiahkan kembali padamu? Tak ada. Aku terlampau senang.

Bukan apa, hanya saja buatku ini hari istimewa. Bukan karena aku lahir di tanggal ini. Bukan juga karena aku lahir tepat sehari setelah perayaan Agustusan.
Ini hari Jum'at yang diberkahi dengan diturunkan-Nya hujan. Ini hari di mana aku bisa melihat larik doa-doa baik kawanku. Bukan doa diam-diam---yang sebenarnya mungkin jauh lebih banyak di hari lainnya. Khusus hari ini: Tertulis! Hingga aku bisa membacanya berulang-ulang, di banyak tempat, di banyak tahun, di berbagai keadaan. Tak panjang, tapi seperti ada manis-manisnya gitu. :") Bahkan seorang kawan yang jarang sekali kudapati online, sempat-sempatnya dia mengirimiku sebait doa via messenger, lalu dia off kembali. Haruku berlipat. Ternyata aku punya kawan sepeduli dia.

"Apa yang spesial sih, cuma didoakan ini. Doa yang hampir seragam pula."

Kawan, aku sadar penuh bahwa aku sendiri kerap lupa kalau kau adalah kawan yang seharusnya sering kusertakan dalam doa. Wiih... gak berbusa kalau macam ngabsen gitu? Yaaa gak semua juga. Setidaknya, laporin ke Allah, kawan yang sudah nulis itu hampir semua orang-orang punya andil besar dalam hidupku lah. Lebay? Tak apa. Memang gitu adanya. :-)

Sayangnya, aku ini termasuk malas. Itu untukku sendiri, aku sering lupa. Apalagi kamu. Iya, kamu yang jarang bahkan hampir tak pernah lagi kulihat, kutemui, bahkan kusapa. Parahnya, ada pula yang tak kuingat ia itu kawanku.
Kita kenalan lagi lah. Hehe

Sampai sini, yakin masih mau punya teman macam aku nii? :-D *yang masih sering kusapa jangan ge er, itu barangkali aku cuma ada perlu. ^_^ Jahat yah... Tak apa, sekali-kali ngerasain.

Setiap tahun aku benar-benar menikmati setiap membaca doa khusus yang tertuju padaku. Sensasinya seolah bertabur cahaya. Aku membayangkan, kau menuliskannya dari hati. Lihat, kau meminta langsung pada Dia demi kebaikan hidupku. Allah, aku tersanjung. Sungguh. Di saat bisa jadi kau sebenarnya yang perlu didoakan, kau malah memintanya untuk orang lain, untukku. Ego mementingkan diri sendiri terkikis beberapa detik pun menit ketika menulis dan mengirimnya. Itu so sweet. Dan aku belum tentu bisa sekeren itu di hari lahirmu. :-)

"Barakallahu fii umrik... bla bli blu ble..."

Hari ini aku selain memang dihujani air, aku juga dihujani doa keberkahan. Ramai-ramai! Apa sebab aku tak bahagia? Nikmat dari-Nya yang mana lagi coba yang seenak udel bisa kudustakan dan kuingkari?

Allah memanglah selalu Mahabaik. Meski tahun ini aku tak merasakan ikut ramai-ramaikan nuansa kemerdekaan karena sebuah sebab, tak mengapa. Toh aku masih bisa berdoa lebih khusyuk untuk tanah air beta dalam ruangan super dingin ini.

Terasa juga ini hadiah "kecil" dari Allah. Aku anggap itu cara Allah buat aku senang karena cita-cita menjadi petugas kesehatan yang tak kesampaian itu Allah kabulkan dengan cara se"lucu" ini: sering datangin rumah sakitnya aja. Yah.. sering buat nyesek juga sih karena harus ada yang sakit dulu, tapi menikmati gempuran AC yang setiap subuh buat darah di kaki dan ujung tanganku seperti beku: membiru---itu ada seninya juga. Itung-itung, ngerasain salju gaib lah karena jaket mesti melapisi pun didekap semata temaniku ke lantai berapapun, kecuali parkiran. Apa begini rasanya liburan musim dingin di Korea atau Eropa?? :-D

Akhirul paragraf...
Tak ada doa baik yang sia-sia, Kawan. Aku percaya sekali itu. Sekali lagi, aku menikmati dengan banyak rasa bahagia saat membaca satu-persatu doamu. Karenanya, terima kasih bertabur haru untukmu.
Entah bagaimana nanti dikabulkannya, kuserahkan pada kehendak-Nya. Tapi, sebenarnya di detik ini pun aku merasa sudah begitu terberkahi karena Dia sudah menghadirkanmu untuk kukenal sebagai kawan, bukan lawan. :-)

Allah menjagamu dalam terjaga pun terlelap. InsyaAllah.

Salam bahagia,

Dek Nur, Kak Inur, Kak Run, Nur
: Sebutan apapun kau memanggilku. :")

RSUD Bontang,
GB-18 Agustus 2017

Komentar

Exister