Tidak Disukai

Hidup memang selalu adil, begitu yang diajarkan padaku. Meskipun karena adil itulah kita tak jarang merasa tersakiti.

Susah-senang, sakit-sehat, benci-sayang, kecil-besar, hitam-putih, rendah-tinggi, jelek-cantik, gemuk-kurus-pandai-kurang pandai, dan saudara-saudara lainnya.

Karena itu sunnatullah, tak akan jadi masalah andai bersyukur jadi tamengnya.

Jika seseorang tak menyukai apa yang ada pada diri kita, bisa jadi 3 hal: kita memiliki apa yang tak dimilikinya-alias iri, karena kita mesti introspeksi-ada yang salah dengan kita, atau memang karena dari sononya-kita dimatanya tak ada baik-baiknya.



Waspada menjadi kuncinya andai posisi kita di hal ke-2. Liat baik-baik ke 'cermin', jangan-jangan kita terlalu angkuh, 'wajah' yang mulai menghitam tak lagi kita hiraukan, akhirnya semua menatap kita dengan seram.

Lain cerita andai posisi kita ke-3. Jika sudah seperti itu, apalah mau dikata. Seperti apapun kita atau orang lain menjelaskan, hatinya tetap beku. Tak mau menerima, lebih kekeuh dengan pendiriannya.

Astagfirullah, na'udzubillah min dzalik...

---Allah, andai semua makhlukmu tak menyukai seorang hamba-Mu yang jarang 'bercermin' ini, tak apa Rabbku, namun jadikan aku kuat karenanya.
Asalkan Engkau tak meninggalkanku dan senantiasa ingatkan aku, aku ingin belajar untuk menerimanya dari siapapun aku mendengar segala keburukan pada diri ini.

GB-13 Juli 2015

Komentar

Exister